.: A little notebook in my Life :.

Tag Archives: monumen

Well, berhubung tahun baru gak berlibur kemana-mana aku dan teman-teman MTPC (Mitrais Photography Community) berencana melancong ubud yang ditempuh sekitar 1,5 jam dari denpasar. Untungnya dari semula mereka memang merencanakan akan hunting di ubud, so daripada bengong di kos mending aku ikutan mereka (tapi niatnya gak jadi model loh, cuma mau ikut jalan-jalan aja kalo pun di lokasi terjadi perubahan penokohan alias jadi model dadakan itu juga diluar skenario –nyari alasan,huehehe-).

Hari itu, dengan para personil MTPC (Ferizal, Rony, dan Taufan) dan dengan cuaca yang agak sedikit mendung antara gerimis dan tidak, kami akhirnya membulatkan tekad untuk tetap meluruskan niat yakni melancong ke ubud.. *halah..kyk apaan aja yah* . Dengan perbekalan jas hujan dan kue crakers (gak nyambung yah), kami tetap berangkat. Di sekitar perjalanan terjadi perubahan cuaca yang signifikan kadang cerah kadang berawan kadang gerimis dan akhirnya menjadi hujan deras (gak berubah lg habis ini, hujan terus sepanjang perjalanan). Kostum kebesaran pas hujan pun segera di kenakan demi kenyamanan bersama (hehe, kan gak lucu ampe ubud basah kuyup).

Dengan melewati hujan badai, angin topan, banjir dimana-mana *lebay yah* akhirnya kami sampai, tapi belum sampai di tujuan melainkan di tempat makan karena perut sudah berteriak minta diisi. Kami makan siang di nasi bali kedewatan, dengan porsi yang lumayan pas dan bumbu yang agak pedas membuat kami merasa segar kembali setelah beberapa saat sebelumnya berjibaku dengan dinginnya guyuran air hujan. Isi dari nasi bali ini adalah nasi putih, ayam suwir bumbu pedas, sate ikan, sayur buncis ijo, dan sambel serta kacang tanah. InsyaAllah, nasi bali ini halal. Aminnn..*komat kamit doa*. Sayang gak sempet foto nasi balinya karena udah keburu di lahap.. 😀

Selesai makan, kami berencana menuju tempat tujuan yaitu bukit campeuhan. Tapi setelah berembuk dan mengamati cuaca yang tak kunjung cerah akhirnya terjadi perubahan lokasi, kami memutuskan melancong ke museum Antonio Blanco saja. Sesampainya disana untuk masuk ke museum, kami harus membeli tiket masuk terlebih dahulu. Harga tiket masuk 30 rb untuk wisatawan domestic dan 50 rb untuk wisatawan asing.

Museum Antonio Blanco mempunyai arsitektur bangunan yang indah, dengan desain eropa yang unik membentuk suatu ruangan yang mengagumkan. Ditambah dengan cahaya lampu dan lukisan yang khas membuat ruangan berlantai 2 ini semakin cantik. Banyak sekali spot yang bisa diambil untuk berfoto ria disini. Di tangga yang elegan, di sofa yang anggun, dan di sekitar tiang besar yang kokoh (kyk indiaan yah kalo ditiang, tapi asli euy keren banget). Tapi sayangnya di dalam museum tidak boleh mengambil foto dalam bentuk apapun. Kami mencoba mencari celah agar bisa mengambil foto tetapi dengan begitu banyaknya kamera CCTV dimana-mana mengurungkan niat kami untuk mengambil foto.

Akhirnya setelah menelusuri bangunan, kami tiba di suatu ruangan. Ruangan itu disebut studio, karena di tempat itulah proses pembuatan lukisan berlangsung. Di ruangan tersebut terdapat keluarga dari Antonio Blanco sang maestro lukisan. Masih ada istrinya, anaknya dan cucu-cucunya yang cantik. Nah, di studio ini ternyata diperbolehkan untuk mengambil gambar. Tentunya hal ini gak akan dilewatkan oleh para suhu, terutama mengabadikan berfoto ria dengan para cucu yang bening-bening..huehehe..

*Foto dengan para cucu Antonio Blanco.

*Tuh kan, jadi model lagi..*gak sengaja loh* 😛

Hehehe, lumayan lah walaupun cuaca gak mendukung minimal kami mengetahui salah satu tempat wisata yang ada di ubud. Tapi yang paling penting sih, keluar dari sarang kos tercinta karena bosen juga ngudek-ngudek di kosan mulu. Dan setelah itu, kami lanjutkan untuk wisata kuliner dengan melahap sejumlah duren di renon dan di akhiri makan malam di D’cost. Hmm, maknyooosss… 😉


Ini berawal dari chat antara aku dan riri, riri bilang ada temennya stay di Bali yang hobi fotography lagi hunting cewek berjilbab buat jadi model berjilbab. Tadinya ragu, apakah ini untuk dikomersilkan atau hanya untuk sekedar dokumentasi sebatas hobi (kan kalo buat dikomersilkan musti ngomong sama manajer artisku dulu ini buat assign kontrak, *halah..gayamu nduk bak model beneran aja –kalo pempek model baru iyah, wkikiki).

Setelah kenalan lewat chatting sama ferri dan mengadakan meeting point, akhirnya hari H itu terlaksana juga. Lokasi pemotretan akan dilakukan di Taman Ujung, Tirta Gangga Karang Asem dan lanjut di Mangrove di jalan by pass Ngurah Rai hari sabtu 19 Des 2009.

Dijemput jam 7 pagi dikosan, kami langsung menuju taman ujung dengan om Ferri sebagai pilot dan om Roni sebagai navigatornya alias co-pilot. Diselingi dengan canda tawa para penghuni mobil dan ‘request no hp’ banyolan andalan sang om Wendi, kami menikmati perjalanan menuju karang asem yang ditempuh sekitar 2,5 jam dari denpasar (sempet mampir bentar sih buat sarapan).

Singkat cerita dan setelah para model (caileh) berganti baju, sesi foto memfoto pun dimulai. Berikut ini adalah beberapa foto yang aku ambil dari upload mereka di facebook, hehe.. dan hasilnya wow..diriku tampak kerennnn –narsis sendiri-. Gak dink, itu karena mereka jago take picturenya, secara wajahku butek begini, pas-pasan pulak, dan berpose seadanya..wkekeke 😀

*Foto dari dokumentasi mereka




*Nah, yang ini dari kamera pocketku 😀




Sekilas tentang preview taman ujung dan tirta gangga di karang asem, Bali : *berdasarkan nyontek dari mbah google, huehehe…
1. Taman Soekasada Ujung Karangasem yang lebih dikenal dengan nama di Taman Ujung, terletak di Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem-sekitar 85 km dari Bandar Udara Ngurah Rai atau 5 km dari Amlapura. Waktu tempuh dari Denpasar sekitar 1 jam 45 menit. Kompleks Taman Ujung ini merupakan kombinasi dari arsitektur Bali dan Eropa. Taman Ujung didirikan tahun 1919 oleh Raja Karangasem terkahir, terletak di Desa Tumbu, yang waktu itu digunakan sebagai tempat perisitirahatan Raja Karangasem. Karena keindahannya Taman Ujung di sebut sebagai “Istana Air”. Konstruksi arsitektur Taman Ujung memiliki kemiripan dengan Taman Air Tirtagangga dan Puri Agung Karangasem.

2. Tirta Gangga, terletak di Kabupaten Karangsem, kurang lebih 25 menit dari pusat kota. Taman Tirta Gangga dibangun pada tahun 1948 oleh Raja Karangasem Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem. Sebelum taman ini dibangun, di arial taman ini terdapat mata air yang besar, sehingga penduduk di sekitar menyebut tempat ini “embukan” artinya mata air. Mata air ini difungsikan oleh penduduk dari desa sekitarnya untuk mencari air minum dan air suci, oleh karena itu, mata air itu disakralkan oleh penduduk di sekitarnya. Dari mata air inilah Raja Karangasem mendapat ide untuk mendirikan sebuah taman, baik dari segi mata air dan udara yang sejuk cocok untuk dibuat taman.
Taman Tirta Gangga merupakan sebuah taman yang lebih diutamakan untuk tempat permandian karena air yang keluar dari mata air yang sangat jernih dan dingin. Di samping memiliki air yang jernih dan dingin, juga udara yang sejuk menyebabkan Taman Tirta Gangga ini sangat mempersona para wisatawan. Beberapa bangunan dan hiasan sengaja dibuat sesuai dengan spirit dari puri agung Karangasem.

Sayangnya belum puas buat foto-foto di tirta gangga, dikarenakan hujan yang tiba-tiba turun. Tapi aku berjanji dengan tekad bulat didalam hati yang paling dalam, aku akan kembali lagi ke tirta tangga. Yes, I will..

Salam kenal buat om Ferri, om Roni, om Adi , om Ipan, om Wendi, om Taufan, Jeng Lilis.. Seneng banget bisa kenalan sama kalian, bisa nambah temen lagi. Thanks yah buat kalian semua.. 🙂


– GWK (Garuda Wisnu Kencana)

Hari pertama, kebetulan lagi ada yang bisa weekend di Bali dan ada yang dapat jadwal libur panjang, so manfaatin waktu buat menjelajahi Bali lageee…huehehehe. Tujuan pertama adalah GWK (Garuda Wisnu Kencana), Patung Garuda Wisnu Kencana ini berlokasi di Bukit Unggasan – Jimbaran, Bali. Patung ini merupakan karya pematung terkenal Bali, I Nyoman Nuarta. Ohya, katanya patung ini akan dibangun sepanjang 20 Km dengan jarak pandang dari Kuta, Sanur, Nusa Dua hingga Tanah Lot. Wow, gede banget yah.. Patung ini didirikan sebagai simbol misi perlindungan sesuai dengan design gambarnya yaitu Dewa Wisnu yang sedang mengendarai burung Garuda. Patung ini terbuat dari tembaga dan baja. Itu sekilas tentang proyek pembangunan patung ini.

Jam 9 berangkat, sambil pegang peta Bali di tangan (sebagai modal jalan2) aku & mas menyusuri jalanan sesuai peta untuk sampai di GWK. Akhirnya sekitar jam 09.35 nyampe juga di GWK. Masih sepiii.. kepagian kali yah. Gak papalah, lumayan bisa bernarsis ria dengan berbagai pose.. 😀

Tiket masuk ke GWK sebesar 20 rb per orang, untuk parkir bebas gak dipungut biaya lagi. Karena kalo udah masuk ke kawasan GWK, disediakan parkir khusus. Tiket ini sudah termasuk untuk menyaksikan performance Tari Kecak yang baru dimulai jam 18.30 sore nanti. Weits, malem amat yah masa mau ampe malem disini..

Hmm..singkat kata singkat cerita session foto-foto pun di mulai…hehehe…

*Foto di Patung Garuda
img_9565
img_9557

Keren deh, proyek GWK ini berada di antara tebing-tebing yang dibuat dari bukit-bukit tinggi yang ada disini. Teksturnya asimetris dengan patung Garuda yang ada di ujung tebing.

*Foto di Antara Tebing
img_9590

Ini foto Dewa Wisnu, sayang tangannya belum jadi..

*Foto di patung dewa wisnu.

img_96401

Udah semakin siang, perut juga semakin keroncongan. Akhirnya setelah puas foto-foto, kami melanjutkan lagi jalan-jalan hari ini. Maksi dulu tentunyaa…*daripada pingsan..wkekeke…

– DreamLand

Penasaran yang namanya pantai dreamland itu gimana akhirnya memutuskan kesana untuk tujuan berikutnya. Keluar dari GWK, belok kiri dan jalan terus sampai menemukan plang Dreamland. Ohya, dreamland ini berada di dalam kawasan komplek Pecatu Indah. Untuk sampai ke pantainya musti menyusuri jalanan komplek yang berkelok-kelok sambil melewati padang golf yang berada di dalam kawasan itu juga.

Pas nyampe pantai, kami hanya membayar 5000rb buat parkir. Pantai Dreamland mempunyai ombak yang lumayan gede. Pantai ini memang menjual view ombak gedenya dan laut birunya, tapi sayang laut birunya gak jernih banyak kotoran pasir hitamnya sehingga merusak keindahan lekukan ombak yang bergelombang. Terus banyak sampah2 juga di sepanjang pesisir pantainya. Ihh…jorok.. Tapi lumayan banyak wisatawan asing yang berjemur disini. Foto- foto lagi ahh…*teutep…

*Foto2 di dreamland
img_9722
img_9699
img_9754

– Padang-Padang

Sebenernya tujuan akhir adalah pura uluwatu, tapi berhubung di sepanjang jalan menuju kesana banyak tempat yang indah lagi, yah jadinya mampir lagi deh. Setelah dreamland, ada pantai padang-padang, tempat ini lumayan jauh dari dreamland musti masuk ke jalan-jalan kecil. Dari dreamland lurus terus aja ke arah barat sampai menemukan pertigaan, kalo lurus ke uluwatu kalo belok ke arah pantai lagi. Kami memutuskan buat belok, pertama nyari pantai padang-padang, patokannya jembatan. Hm..nyampe juga..

Pantainya kecil, ombaknya lumayan tenang. Viewnya lumayan bagus, menurutku lebih tenang disini daripada di dreamland, turisnya juga lebih sedikit. Tapi ya itu, banyak turis yang agak-agak vulgar disini. Gak usah diceritain kali yah…:D

*Foto2 di padang-padang
img_9741
img_9745

– Suluban

Ohya, disebelah pantai padang-padang ada lagi sebuah pantai, namanya pantai Suluban. Pantai ini juga lumayan bagus, batu karangnya gede-gede. Si mas nyempetin sholat disini, karena belum sholat zuhur. Hehehe…

* Foto di Suluban
img_9774
img_9781

Di Suluban ini, mas sempet foto para surfer yang lagi surfing. Wuih keren bgt…

*Foto para surfer
img_9784

– Pura Uluwatu.

Selesai di pantai, kami melanjutkan lagi perjalanan. Tujuan akhir adalah Pura Uluwatu, buat lihat sunset disana. Pura Uluwatu terletak di ujung barat daerah uluwatu, didalam kawasan pura ini hidup monyet-monyet yang berada di alam bebas alias gak di kurung. So musti hati-hati bagi yang memakai topi, anting-anting, dan benda-benda yang bisa menarik perhatian sang monyet, bisa-bisa langsung di jambret. Biaya masuknya cuma 3000 per orang (murah yah..). Sebelum masuk area pura kami di beri kain panjang untuk diikatkan dipinggang. Dan bagi yang memakai celana pendek diberi kain juga yang dililitkan dipinggang. Mungkin untuk menghormati pura kali yah… ato gak buat menghindari cakaran monyet-monyet yang di ada di dalam sana. Monyetnya tau kali yah sama yang seksi-seksi…wkikiki…

*Foto2 di Pura Uluwatu.
img_9840
img_9838
img_9820

Jalan-jalan hari pertama selesai, sayangnya gak dapet sunset di uluwatu karena cuacanya lagi mendung tapi gak apa-apa karena udah puas foto-foto. Ups, tapi kyknya satu memori card kamera mas fotonya banyakan aku semua.. hihihi.. ada untungnya juga punya pasangan yang suka fotografi bisa nampang terus deh di kamera…*narsis banget yak…


Pagi hari itu.. aku masih off, suenengnya… tapi gak ada temen, sedihnya… Dadang masuk pagi, Omar tidur karena pulang pagi. Setelah sekian menit nonton acara TV yang gak jelas, akhirnya ku bawa juga tubuh ini ke kamar mandi. Selesai mandi, dandan n beberes kamar, ku langkahkan kaki ku keluar kamar. Hmm, niatku hari ini harus jalan, gak tau mau jalan kemana yang penting gak dikamar cuma nonton n beredar disekitar pulau kapuk doang yang hanya akan membuatku semakin malas.

Muncul di penghujung jalan gang kostan, mikir…ke kanan or ke kiri yah…kalo ke kanan ke arah kantor pemandangannya itu itu aja. Ke kanan aja ah… menyusuri jalan raya.. kalo ngeliat something yang aneh langsung deh dikeluarin kamera2an yg baru beli kmrn, huehehe…

pict0019a
pict0018a

Jalan lagi, keringat udh mulai ngucur…Muncul di perempatan, bingung deh akhirnya nelp bang difa. Kata bang difa kalo ke kiri ke arah sanur ke kanan ke arah kota. Ya udah deh ke kanan lagi. Eh sekitar 15 menitan muncul di museum Mandala, museumnya perjuangan rakyat Bali. Eits, tp laper nih belum sarapan, ngeliat di dpn museum ada warung padang. Mampir deh makan dulu. Selesai makan, baru masuk ke museum. Di pintu gerbang, sebelum masuk museum harus membayar karcis masuk dulu. Kalo wisatawan domestic Rp 5,000 kalo wisatawan asing Rp 10,000. Hmm…aku termasuk yang mana yah, kadang2 jd bule, kadang2 jd sumatera asli…hihihi..

Ini gambar yg sukses diabadikan oleh kamera2an ku ini..(apa karena kameranya murmer yah? Bnyk muncul hasil yg gak diharapkan..hiks…). Ohya walopun jalan-jalan sendiri tetep harus diabadikan…narsisnya tuetep..*MODE ON

pict0059a
pict0058a
pict0053a
pict0049a
pict0046a
pict0038a
pict0027a
pict0026a

Ohya dimuseum ini terdapat diorama masyarakat bali dr tahun 600 M – menjelang hari kemerdekaan Indonesia. Disini juga terdapat karya seni ciptaan para seniman bali yang berupa lukisan dan cinderamata khas Bali. Yang bikin aku penasaran ruangan di lantai 2, dibawah tangga menuju lantai 2 terdapat papan bertuliskan “Perempuan yang sedang menstruasi dilarang naik ke lantai 2”. Hmm..ada apa yah? Tapi berhubung aku lg “off”, gagal deh ke lantai 2. Tadinya mau coba nerobos masuk aja, tapi ah daripada kenapa2 mending gak usah deh, mana sendirian pula…

Selesai di museum, aku coba menyusuri jalan raya lagi. Yahh, ada perempatan lagi, bingung lagi deh, kepaksa nelp bang difa lagi. Kali ini lurus aja ke arah Natasha Skin Care, oke deh say thanks to bang difa langsung cabs. Semakin lama jalan kaki kok semakin panas yah (ya iyalah…), matahari juga semakin terik, kaki semakin pegel, kerongkongan kering, jalanan semakin terlihat seperti padang pasir…*halah, lebay bgt yak…

Stop dulu, ketemu tukang rujak, ngerujak dulu di pinggir jalan. “Pak, kalo beli setengah piring aja boleh gak?”, tanyaku. “Boleh kok mbak, hrgnya 2000 rb”, kata si Bapak. Akhirnya ngerujak dehh sambil nongkrong dipinggir jalan ditemani sang bapak penjual rujak. “Jalan Diponegoro masih jauh gak pak?”, tanyaku. “Lumayan mbak, mbak naik taksi ato angkot aja”, Katanya. Hah..angkot?? gak pernah sekalipun aku ngeliat angkot disini dan taksi…musti pesen dulu, ah ribet pikirku. Seakan tau pikiranku, si bapak ngomong lagi “Tapi angkotnya jarang mbak, baru lewat sejam sekali”. “Gubraks…Itu mah gak usah diomongin pak, lah daritadi emg gak ada angkot yang lewat satupun”, kataku dalam hati. Selesai membayar rujak, aku nekat lanjut lagi jalan-jalan di siang bolong ini. Biarinlah tanggung…toh keringatnya udh keluar semua. Lamaaaa menyusuri jalan raya lagi, udah beberapa nama jalan raya yang ku lewati akhirnya muncul lagi di sebuah pertigaan.

Bingung lagi…mo nelp bang difa lagi, malu..gak enak ngeganggu terus dia lagi kerja. Pas liat sekeliling, Alhamdulillah…sekitar 100 meter terlihat papan reklame Mc’D, itu artinya Ramayana udah dekat. Yes..yes..aku berhasil. Dengan tetap semangat aku berjalan lagi..lagi..dan lagi…tapi kok gak nyampe2 yah. Oalah…ternyata bukan 100 m melainkan 500 m, jadi yang aku liat tadi cuma fatamorgana ajah.

Finally aku tiba di Ramayana, langsung masuk Mc’D (buat ngadem), pesen minum n makanan. Pas makan sambil mikir, pulangnya naik taksi aja ah.. capee… Pucuk dicinta ulam tiba, bang difa nelp ngasih tau kalo bawahannya lg on the way ke Ramayana buat nganterin aku pulang. Alhamdulillah.. Jalan-jalan hari ini gak ngeluarin ongkos..wkikiki… 😀

• Info : Jalan kaki dari kostan (Jl. M.Yamin, Renon) – Ramayana (Jl. Diponegoro) sekitar 2,5 jam ( include makan diwarung padang dulu, foto2 di museum, plus makan rujak dulu..). Kalo gak banyak berhenti sih paling 45 mnt – 1 jam..


Sebenernya udh lama mau posting ttg ini, tp maklum sibuk terus dgn kerjaan kantor yg gak ada habisnya..halah…gaya bgt yakkk!!! yah walopun udh basi gpp lah lumayan nambah2 tulisan di blog 🙂

Berangkatnya tgl 26 Juli 2008 pagi2 banget jam 5 udh jalan dr rumah menuju tempat janjian sm si mas. Akhirnya nyampe jam sekitar jam stgh7an (pdhl musti dtg jam 6 :D). Maklumlah, secara dr bekasi ke pasar rebo gitu lhoo.. Setelah menunggu bbrp mnt akhirnya dateng juga gerombolan siberat eh mksdnya rombongan ke gunung padang. Mbak Ovie, Mas Firman, widya, eno, ayu, mas n me, langsung berangkat dech dgn mbak ovie sebagai supir.

Setelah jalan menyusuri jalanan yg berliku dan tentunya dihabiskan dgn tidur di mobil akhirnya kami sampe juga di gunung padang. (Maaf yah gak infoin rutenya coz aku tidur mlulu dimobil.. ^_^). Bayanganku dr rumah kita tuh mau naik gunung yg beneran gituh, eh ternyata gunung padang itu bukit yang diatasnya terdapat batu berundak-berundak peninggalan kerajaan jaman dahulu kala (gak jelas kerajaan apaan, soalnya gak dngr penjelasan bapak guidenya coz sibuk foto2 –sbgi model tentunya—huehehe). Ternyata tempat tersebut disebut sebagai situs megalithikum. Disana ada berbagai macam batu yang buanyak banget, ada batu yg bisa berbunyi, ada batu yg kalo bisa diangkat ntar pulangnya bisa jadi kaya (just mitos), ada batu yg berjejer rapi, n bnyk lagi. Dan uniknya batu2 tersebut tertancap kokoh didalam tanah. Untuk lebih jelasnya bisa liat foto2nya dari bidikan kamera mas..

* ini foto dr atas

* ini cewe2…

* ehm, sekalian prewed 😀

* Aksinya mbak ovie…

–ini mas, tau lg ngapain….

* si manis eno…

* mbak ovie lg…

Terussss….sorenya kita nginep di cibodas, ditamannya sih…huehehe sekalian kemping ceria. Disitu kita diriin tenda n cooking dgn mbak ovie sbgi chef. Sayang gak ada fotonya..ada sih tp dikamera yg lain. Terus besoknya, minggu pagi setelah selesai beberes tenda & barang2 kita lgsg treking menuju air terjun Cibereum. Eno sm mbak ovie gak ikut, mereka lebih milih foto2 dikebun bunga.

Jadilah aku, mas, ayu, widya & mas firman yg ke cibereum. Setelah melewati 30 KM jalanan yg menanjak, akhirnya sampai juga di tempat yang dituju. Berikut foto2nya…Monggo…

* gaya candid ahh…

* cewe2 dijembatan menuju cibereum…

–si ayu..–

* Ooh, ada yang sixpack… @_@

Nah, itu td deh sekilas cerita jalan2 aku sm tmn2 ke gunung padang. Sampe ketemu lg di cerita berikutnyaa..