.: A little notebook in my Life :.

Category Archives: Golden ways

Subhanallah… Allah SWT memang Maha Membolak-balikkan hati.. Perasaan yang menyenangkan dulu, bisa jadi sekarang menjadi perasaan yang tidak membuat ketidaknyamanan hati. Entahlah, apakah ini ada hubungannya dengan ilmu ikhlas dan ketulusan.

Disaat hati merasa tidak lagi bisa menerima sesuatu (bahkan gurauan sekalipun), disaat itulah perasaan tersingkir muncul dan menjadi gejolak dalam hati. Gejolak yang menjadi pertanyaan-pertanyaan yang belum ditemukan jawabannya bahkan mungkin tidak akan menemukan jawabannya karena itu sebenarnya hanyalah fiktif belaka. Tapi saat itu ‘sang hati’ tidaklah bisa menerima, sang hati hanya bisa menangis.. sehingga membuat raga yang kuat menjadi rapuh dan memilih dalam kesendirian.

“Janganlah Engkau Pernah Mengira Bahwa Hatimu Rapuh.

Hatimu tidak rapuh, hatimu sangat kuat,
dan sesungguhnya hatimu adalah sumber dari segala kekuatanmu.

Jika engkau merasa bahwa hatimu rapuh,
itu hanya karena sikapmu yang rapuh.

Ketahuilah bahwa kualitas sikapmu
menentukan kualitas dari apa pun yang kau lihat,
yang kau dengar, dan yang kau rasa.

Sehingga, apa pun yang kau sikapi dengan baik,
akan menerima perhatian yang baik pula dari mu.

Dan yang kau perhatikan akan tumbuh.

Maka yakinilah ini,
jika engkau hanya menumbuhkan yang baik,
maka akan baiklah hidupmu.

………..

Tidakkah engkau memperhatikan bagaimana waktu menjadi sangat bernilai saat engkau menyadari waktumu sudah tinggal sedikit?” -Mario Teguh-

Ingin sekali mengimplementasikan motivasi itu, ditambah kekuatan hati untuk belajar mengikhlaskan diri yang lebih besar. Dan ini adalah kenikmatan dari segala kenikmatan yang Allah SWT berikan untuk hambaNya agar dapat menjadi manusia yang penuh keindahan keikhlasan hati yang selalu dicintaiNya.

Ya Rabb, sesungguhnya hati kami adalah obat.. Limpahkanlah obat itu sebagai Jalan menuju keindahan hidup dalam kebersamaan kami dan umatMu yang beriman… 🙂


Di suatu tempat di tepian sungai, seorang pemuda memandangi seorang pemancing tua. Sambil duduk beralas daun pisang, Pak Tua begitu menikmati kegiatan memancing. Ia pegang gagang pancingan dengan begitu mantap. Sesekali, tangannya membenahi posisi topi agar wajahnya tak tersorot terik sinar matahari. Sambil bersiul, ia sapu hijaunya pemandangan sekitar sungai.

Sang pemuda terus memandangi si pemancing tua. “Aneh?” ucapnya membatin. Tanpa sadar, satu jam sudah perhatiannya tersita buat Pak Tua. Tujuannya ke pasar nyaris terlupakan. “Bagaimana mungkin orang setua dia bisa tahan berjam-jam hanya karena satu dua ikan?” gumamnya kemudian.

“Belum dapat, Pak?” ucap si pemuda sambil melangkah menghampiri Pak Tua. Yang disapa menoleh, dan langsung senyum. “Belum,” jawabnya pendek. Pandangannya beralih ke si pemuda sesaat, kemudian kembali lagi ke arah genangan sungai. Air berwarna kecoklatan itu seperti kumpulan bunga-bunga yang begitu indah di mata Pak Tua. Ia tetap tak beranjak.

“Sudah berapa lama Bapak menunggu?” tanya si pemuda sambil ikut memandang ke aliran sungai. Pelampung yang menjadi tanda Pak Tua terlihat tak memberikan tanda-tanda apa pun. Tetap tenang.

“Baru tiga jam,” jawab Pak Tua ringan. Sesekali, siulannya menendangkan nada-nada tertentu. “Ada apa, Anak Muda?” tiba-tiba Pak Tua balik tanya. Si Pemuda berusaha tenang. “Bagaimana Bapak bisa sesabar itu menunggu ikan?” tanyanya agak hati-hati.

“Anak Muda,” suara Pak Tua agak parau. “Dalam memancing, jangan melulu menatap pelampung. Karena kau akan cepat jenuh. Pandangi alam sekitar sini. Dengarkan dendang burung yang membentuk irama begitu merdu. Rasakan belaian angin sepoi-sepoi yang bertiup dari sela-sela pepohonan. Nikmatilah, kau akan nyaman menunggu!” ucap Pak Tua tenang. Dan ia pun kembali bersiul.
**
Tak ada kegiatan yang paling membosankan selain menunggu. Padahal, hidup adalah kegiatan menunggu. Orang tua menunggu tumbuh kembang anak-anaknya. Rakyat menunggu kebijakan pemerintahnya. Para gadis menunggu jodohnya. Pegawai menunggu akhir bulannya. Semua menunggu.

Namun, jangan terlalu serius menatap ‘pelampung’ yang ditunggu. Karena energi kesabaran akan cepat terkuras habis. Kenapa tidak mencoba untuk menikmati suara merdu pergantian detak jarum penantian, angin sepoi-sepoi pergantian siang dan malam, dan permainan seribu satu pengharapan.

Nikmatilah! Insya Allah, menunggu menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan. Seperti memandang taman indah di tepian sungai.
(Sumber : Eramuslim.com)

Menunggu adalah bukan perbuatan yang sia-sia, tapi menunggu adalah proses jalan menuju kondisi yang diharapkan. Karena Allah SWT tidak tidur, Dia melihat semua usaha yang dilakukan umatNya dan akan menggantinya dengan keadaan yang lebih indah. 🙂


Penulis : Achmad Fachrie, Sumber : KotaSantri.com

Hati ini hidup penuh dengan mimpi dan harap. Mimpi dan harap untuk mendapatkan yang terbaik. Harap itu bisa berupa keadaan atau mungkin dengan orang yang kita temui. Apalagi setiap manusia itu unik, memiliki harap dan point of view yang berbeda-beda.

Perbedaan antara cara pandang yang terjadi terkadang melahirkan beragam perselisihan. Seolah, kok yang ada dihadapan saya begitu, kenapa dia tidak begini. Bahkan dikatakan, semakin kita merasa mengenal orang, maka semakin besar dan banyak pula rasa tuntutan yang hadir terhadap orang tersebut.

Kita tahu dan mungkin sudah hapal bahwa Allah SWT menciptakan perbedaan agar kita saling mengenal. Tapi terkadang pada kenyataannya, ketika perbedaan terlihat di hadapan kita, terlalu cepat mengambil sikap, emosi dengan segera menutup pintu pemahaman. Pintu pemahaman untuk belajar mengenal dan memahami lebih jauh. Sehingga seolah-olah perbedaan yang ada justru semakin menciptakan jarak yang semakin jauh. Tapi apakah itu yang sesungguhnya?

Ya, kalau kita mau fokus melihat perbedaan, maka sesungguhnya perbedaan yang ada di hadapan kita sangat besar. Itu karena kita fokus melihat perbedaan. Tapi jika mau memahami melihat persamaan yang telah mempertemukan antara kita, maka sesungguhnya perbedaan itu bukan memancing perselisihan untuk hadir.

Bukan karena perbedaan yang membuat jarak semakin jauh. Tapi terkadang ketidakmampuan memahami dalam setiap yang terjadi, membuat hati terlalu cepat bergemuruh. Bukan karena perbedaan yang membuat perselisihan hadir. Tapi karena ketidakmampuan memahami dalam setiap yang dihadapi, membuat hati segera terasa resah.

Jika saja kita bisa mencoba melihat lebih dekat untuk memahami di balik segala kekurangan dan perbedaan yang dihadapi, maka tersimpan kebaikan yang belum kita sadari. Jika saja kita bisa lebih bersabar menghadapi setiap yang terjadi, maka di balik kekecewaan yang terasa, sesungguhnya tersimpan karunia kebaikan hikmah yang dapat dipetik.

Terkadang dalam berharap sesuatu, kita berharap terlalu tinggi. Jika memang demikian, bukannya tidak boleh, tapi terkadang tidak diimbangi jiwa yang luas untuk menerima jika pada akhirnya tidak dapat teraih. Dan ketika dihadapkan pada kenyataan yang sesungguhnya, sempitnya pemahaman menyebabkan sikap dan perilaku yang sempit pula. Ketika dihadapkan bahwa yang ada di depan kita bukan seperti yang ada di dalam mimpi, secepat itu pula hati terucap rasa mengeluh.

Sebagus apa pun kayu, pasti akan terbakar jika dihadapkan dengan api. Sebaik apa pun yang ada di hadapan kita, tapi jika kita lebih melihat perbedaan dan meninggikan harapan kita, maka semuanya akan terlihat kurang di hadapan kita.

Di balik segala kesalahan dan kekurangan yang terlihat, tak akan menjadi kebaikan jika kita mau bersabar dan menerima dalam bentuk pemaafan untuk memahami bahwa kenyataan yang ada di hadapan merupakan karuniaNya yang terbaik untuk kita. Di balik segala sifat yang tidak dimengerti, sesungguhnya ada sifat yang terberi untuk diri kita. Ketidakmampuan memahami membuat hal yang sebenarnya baik, menjadi terlihat kurang untuk kita.

Semoga Allah SWT meluaskan ruang jiwa kita untuk belajar memahami atas semua yang terjadi, bahwa selalu ada kebaikan dalam setiap perbedaan dan harapan yang tidak harus tercapai.

Nice Support…”Innallahi ma’ash shabirin” 🙂